Senin, 18 April 2016

Dalam kata jauh


Ada rindu diantara jarak,
Ada batas diantara kata,
Yang lalu pergi, kemudian berganti.

Ini cerita tentang seorang yang merantau. Jauh dari rumah, keluarga, jauh dari nyaman.
Tentang seseorang yang hatinya selalu resah. Berpikir apa yang akan terjadi besok, takut terjadi yang diluar dugaan. Tapi namanya hidup memang selalu penuh kejutan kan?
Kadang terlalu peduli anggapan orang, takut sendirian, gak nyaman karena gak jadi diri sendiri. Sampai kapan? Apa mungkin karena penyesuaian? Butuh waktu berapa lama untuk adaptasi?
Katanya independen. Ngakunya sih udah naik level dari survivor jadi fighter. Mana?
Itu aku. (Haha)

Tapi, bukankah Allah menjanjikan tidak akan menguji diluar batas mampu?
Atau situasinya sama dengan naik gunung. Aku selalu berdoa diberi pundak yang lebih kuat, bukannya beban yang ringan.
Semua tahu, pundak yang kuat akan mampu menopang beban berat.

Tapi, menjadi seorang fighter ternyata berat.
Mimpi itu mahal. Dibayar dengan waktu, dengan jarak.
Dalam satu kata: jauh.
Seberapa jauh lagi aku harus mengejar mimpi?
Dari survive, sampai fight, lalu apalagi?

Dalam kata jauh,
Ada ilusi tentang mimpi.
Kita bangun mimpi-mimpi itu setinggi gedung pencakar langit disini, di Jakarta.
Melangkah menjauh, kemudian berlari.

Selalu ada rindu untuk yang dipisahkan jarak.
Jangan ragu melangkah menjauh.
Akan ada keluarga baru ditempat baru.

Adakah yang tidak terpesona kata 'jauh'?
Awalnya aku.
Tapi tidak lagi. Aku sudah melangkah menjauh. Menukar waktu dan jarak, membeli mimpi.

Ikhtiar lalu tawakkal, mengikuti alur, jadi anak baik. Enjoy the process!

Senin, 04 April 2016

'Pulang'


Apakah setiap perjalanan pulang selalu menuntun kita ke Rumah? Apa jadinya kalo pulang itu bukan perjalanan menuju Rumah? Apa bisa disebut pulang?
Atau mungkin Rumah bagimu lebih dari satu. Bukan satu-satunya yg kau rindu.
Pulang jadi kata yang misterius.
Dan Rumah pun melengkapi kemisteriusannya.

Rumah bagiku bukan sekedar bangunan fisik.
Bukan warna temboknya, atapnya atau ruang-ruang bersekat yang aku rindu. Bukan.
Aku rindu sosok-sosok didalamnya. Rindu sosok menentramkan, membahagiakan, melengkapi bagian diriku yang hilang. Tempat kita berbagi tanpa kehilangan rasa aman, menjadi diri sendiri secara utuh.

Tapi aku mendadak takut.
Takut perjalanan merubah arah tujuanku. Takut tersesat menuju jalan pulang. Adakah yang akan menuntunku kembali? Atau, aku sendiri-lah yang harus menemukan jalanku?

Rumah. Magnet dari setiap perjalanan pulang. Sampai pada satu titik dimana kita menemukan ujung jalan yang selalu kita cari.
Pulang. Adalah sebuah perjalanan menyusuri sepanjang jalan yang melelahkan untuk kemudian menemukan titik terang.
Adalah sebuah perjalanan bagaimana menemukan 'rumah' dalam diri kita, dimanapun kapanpun apapun keadaannya. Karena sekali lagi, yang kita rindu bukanlah rumah secara fisik.
Tapi perasaan-perasaan yang muncul ketika kita merasa nyaman. Merasa 'kembali'.
Dan pulang adalah sebuah perjalanan yang mengantar kita menemukan rumah tanpa merasa tersesat. Karena tanpa melakukan perjalanan pun kita bisa merasa pulang, dengan menemukan 'rumah' dalam diri kita.

Jika aku berjalan pulang, bagaimana denganmu?

(menghibur diri, menyusuri pikiran yang mumet karena rindu rumah)

Minggu, 03 April 2016

Ada indah di setiap p(indah)


Mengapa pindah?
Kalau realita tidak sama dengan imaji.
Apa salah pindah? Tidak. Selama itu baik.
Haruskah pindah? Iya. Ada sesuatu yang indah di depan sana.
Bukankah ada indah di setiap pindah? Ya. Aku yakin.

Blogger templates

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Mengenai Saya

Foto saya
For a pessimist, i am pretty optimistic! Penikmat senja yang fanatik film kartun plus gila novel-novel fantasi

Blogger templates

Blogger news

Blogroll